Kepalaku pusing (Sebuah Puisi)



Bola mataku nampaknya jadi sembilan

Kemudian tumbuh jadi dua masing-masing dan aku melihat mereka makin membelah diri bagai komunis yang tidak menjadi ajaran dasar kehidupanku.


Bola mataku menguning sebelum berperang dengan aus kayar-layar hape canggih
Katanya canggih, tapi aku justru makin bodoh
Hahaha

Tak sadarkan kalau kita sudah dibutakan hawa nafsu dan pancaran cahaya yang melintang tiga

Aduh... Kepalaku pusing



Puisi ini mencerminkan pengalaman seseorang yang terjebak dalam pergulatan antara penggunaan teknologi modern dan realitas sosial di sekitarnya. Fenomena mata kering, berkunang-kunang, dan migrain akibat terlalu lama menatap layar hape menjadi metafora dari dampak negatif dari konsumsi teknologi yang berlebihan. 

"Bola mataku nampaknya jadi sembilan" dapat diartikan sebagai sensasi penglihatan yang terdistorsi, yang seringkali dirasakan saat mata menjadi kering dan berkunang-kunang akibat terlalu lama menatap layar. "Kemudian tumbuh jadi dua masing-masing dan aku melihat mereka makin membelah diri" menggambarkan perasaan terbelah antara dunia nyata dan dunia digital, di mana individu merasa terpisah dari realitas sosialnya.

"Menguning sebelum berperang dengan aus kayar-layar hape canggih" menggambarkan ketidakseimbangan antara kebutuhan untuk terhubung secara digital dan dampak negatifnya terhadap kesehatan fisik dan mental. Penggunaan teknologi yang dianggap canggih justru membuat individu merasa semakin bodoh karena terperangkap dalam aliran informasi yang tidak benar, seperti hoaks terkait pemilu yang sedang ramai diperbincangkan saat ini.

"Tak sadarkan kalau kita sudah dibutakan hawa nafsu dan pancaran cahaya yang melintang tiga" mencerminkan kesadaran akan hilangnya kontrol atas diri sendiri akibat terlalu terpaku pada dunia digital dan informasi yang tidak terverifikasi. Fenomena ini dapat memperburuk kondisi sosial di Indonesia, di mana penyebaran hoaks dapat memengaruhi pemahaman masyarakat terhadap isu-isu politik dan sosial.

Puisi ini mengajak untuk merefleksikan kembali hubungan antara teknologi, kesehatan, dan realitas sosial, serta pentingnya untuk menjaga keseimbangan dalam penggunaannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan di Sudut Lemari

Gelisah

Pusing (Sebuah Puisi)