Lonte (Sebuah Puisi)

Distorsi


Ke mana bayangmu pergi
Ke atas bawah atas bawah ah ah ah
Menjadi seperti pekerja seks komersial yang terlalu ramah akan kehidupan
Padahal bayar cicilan juga butuh kelamin

Belum lagi matamu yang kadang berjudi dengan tikus rakyat
Menerjemahkan rasa pusing kepala jadi nikmat bukan kepayang
Lupa kalau besok juga akan direbus di neraka
Hahaha

Aduh kepalaku pusing karena terlalu lama menatap layar dajjal
Katanya mataku kering karena terlalu lama dicolong kontol besarmu
Berbulu bagai pinang dibelah tiga
Hahaha
Tapi lama-lama enak juga karena mau rabun pun kalau bercinta dalam keadaan basah, lupa juga penyakitnya.

Hahaha


Puisi ini, dengan judul "Lonte", menghadirkan gambaran kehidupan yang gelap dan penuh kontradiksi. Dalam interpretasi yang terhubung dengan kondisi mata kering akibat menatap layar terlalu lama, serta praktek pekerja seks online, serta pergaulan masa kini, puisi ini menjadi refleksi dari kompleksitas dan kegelapan di dalamnya.

Pertama-tama, gambaran tentang "bayang" yang pergi dan gerakannya ke atas dan bawah menyoroti kehilangan dan perubahan yang mungkin terjadi dalam kehidupan seseorang. Dalam konteks yang lebih luas, ini bisa diartikan sebagai kehilangan identitas atau kebingungan dalam menjalani kehidupan yang penuh tekanan dan tuntutan. Hubungannya dengan mata kering akibat menatap layar terlalu lama adalah refleksi dari kebiasaan modern yang seringkali mengorbankan kesehatan fisik untuk kenyamanan atau kegiatan yang dianggap penting dalam dunia digital.

Selanjutnya, penggambaran tentang pekerja seks komersial yang "terlalu ramah akan kehidupan" menggambarkan ironi dalam menggali kebahagiaan atau pencapaian materi. Mereka dipaksa untuk menunjukkan keramahan dan kesenangan tanpa memperhitungkan harga yang harus dibayar, baik secara fisik maupun emosional. Hal ini dapat dikaitkan dengan praktek pekerja seks online yang seringkali muncul sebagai bentuk eksploitasi yang tersembunyi di balik kesenangan dan penghasilan.

Penggambaran tentang mata yang "berjudi dengan tikus rakyat" dan pengalaman "pusing kepala" yang diubah menjadi "nikmat" menyoroti kontradiksi antara kesenangan sesaat dan konsekuensi yang lebih dalam. Ini bisa dihubungkan dengan pergaulan masa kini yang seringkali mengutamakan kesenangan seketika tanpa memperhitungkan dampak jangka panjangnya, seperti gangguan kesehatan seperti mata kering akibat paparan layar.

Akhirnya, pernyataan tentang keadaan basah yang mengesankan keterasingan dari realitas dan dampaknya yang diabaikan adalah cerminan dari kehampaan dan kebingungan dalam kehidupan modern. Hal ini juga dapat terkait dengan pergaulan dan praktik seksual yang terjadi di media sosial, di mana keintiman seringkali dijual atau dijadikan sebagai bentuk hiburan tanpa memperhitungkan dampaknya pada kesehatan fisik dan psikologis individu.

Secara keseluruhan, puisi ini menghadirkan gambaran yang kompleks tentang kehidupan modern yang penuh dengan kegelapan, ironi, dan kontradiksi. Dengan menghubungkannya dengan kondisi mata kering akibat menatap layar terlalu lama, praktek pekerja seks online, dan pergaulan masa kini, puisi ini menjadi cermin dari tantangan dan pertarungan yang dialami oleh individu dalam menjalani kehidupan di era digital yang canggih namun penuh dengan bayang-bayang kelam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan di Sudut Lemari

Gelisah

Pusing (Sebuah Puisi)