Catatan Kecil



Kepada sepotong rindu yang menguras hari. Apalah arti berjalan kaki, jika harus melewati genangan bayang-bayangmu? Matahari masuk ke bumi, lalu semena-mena naik ke atas kepala, sampai akhirnya ia kembali terjerembab di barat. Apa itu tidak membuang hari? 

Sementara aku masih berjibaku dengan senyummu. Aku tak pernah benar-benar tersiram tenang selain melihatmu menaburkan senyum itu. Tertawa meski kadang hanya bercanda dengan angin. Dan matamu yang sayu itu seolah memberi kekuatan baru untuk terbang bersama awan. 

Kamu di mana rindu? Pagi-pagi ini aku sudah mencarimu di berbagai sudut. Sementara pagi ini banyak yang menyerumu. Banyak yang memanggil rindu, menanyakan rindu, menceritakan rindu, dan menolak mengabaikan rindu. 

Sepotong rindu yang menyiksa. Membuat aku toreh kisah lagi. Tentang bagaimana hari-hariku sepi tanpamu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan di Sudut Lemari

Gelisah

Pusing (Sebuah Puisi)