Hujan


Oleh : Urwan Urwan

Bumi basah, tanah lembab, dan langit mendung. Melodi yang tangannya mainkan tidak ikut terjerembab ke dalam genangan air. Suaranya mengalun bening menyeruput keindahan seroja. Bintang sore nan merana. Lalu ia berbunyi biola seperti pasir yang dibawa terbang angin. Lalu berhamburan ikut satu per satu ke dalam alunannya. Bertaburan bak bintang malam.

Langit emas hampir tiada sementara beberapa lapis udara di atas kepala mulai gelap. seiring dengan berkumpulnya gemuruh petir dan zona air mata.

Pyar... Petir mengilat dan byurrr. Bumiku berembun hampir banjir.

Tak tik tuk.... Dentang jam dinding membelok ke arah riuhnya tetes-tetes air yang jatuh ke atap seng, dedaunan, dan tanah. Debu-debu yang lembut dibawa ke hilir sebagai persembahan kepada dewa laut.

Sementara aku, hanya bisa memandangi malam yang nyaris tiba.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan di Sudut Lemari

Gelisah

Pusing (Sebuah Puisi)