Tolong (Sebuah Puisi)



Oleh Uwan Urwan


Kepalaku rasanya menyeruak pening dan berjuntai-juntaj berwarna-warni

Tak ingin menebus kesalahan masa lalu dan meminang layar-layar gawai yang menggebu-gebu

Aku lunglai menyelinap ke dalam hawa siang panas

Ditambah tegukan sirih merah dan jahe tubruk melakoni riwayat kematianku

Apakah aku akan lenyap?

Tidaak!

Tolooong!!!


Situbondo, 8 Januari 2024



Interpretasi Puisi Tolong

Puisi ini menciptakan gambaran yang sangat intens dan penuh emosi tentang keadaan pikiran yang sulit dan terbebani. Kata-kata seperti "pening," "berjuntai-juntai," dan "menebus kesalahan masa lalu" menciptakan kesan kegelisahan dan penyesalan. Penyair merinci pengalaman kehilangan kendali dan terperangkap dalam perasaan yang menyiksa.


Pertama-tama, terdapat nuansa kebingungan dan kehampaan dalam deskripsi kepala yang "menyeruak pening." Ini dapat diasosiasikan dengan tekanan mental, perasaan terjebak dalam pikiran yang tidak tenang. Warna-warni yang berjuntai-juntai mungkin mencerminkan kompleksitas emosi dan pikiran yang bercampur aduk.


Selanjutnya, penyair menyampaikan ketidaknyamanan terkait dengan masa lalu dan godaan dari teknologi modern, terutama gawai yang "menggebu-gebu." Ini merujuk pada keterikatan pada teknologi dan kecanduan gawai, yang bisa menjadi salah satu aspek dari masalah kesehatan mental di era digital.


Penting untuk memperhatikan kata-kata seperti "Aku lunglai menyelinap ke dalam hawa siang panas," yang dapat menggambarkan perasaan kelelahan dan kelelahan mental. Mungkin ini adalah representasi dari upaya untuk melarikan diri dari beban pikiran, tetapi juga menunjukkan ketidakmampuan untuk menemukan kedamaian.


Selanjutnya, penyair menggunakan gambaran minuman tradisional seperti "tegukan sirih merah dan jahe tubruk" untuk mengekspresikan ritual atau upaya pengobatan diri yang mungkin dilakukan dalam situasi sulit. Namun, mencakup kata-kata seperti "melakoni riwayat kematianku" menambahkan elemen tragis dan serius pada puisi.


Dalam konteks isu zaman sekarang, puisi ini dapat dihubungkan dengan fenomena kecanduan gadget dan dampaknya terhadap kesehatan mental. Penyair menyentuh pada perasaan terisolasi dan kehilangan kontrol, yang dapat menjadi hasil dari kecanduan media sosial, perangkat, atau teknologi. Mata kering dan lelah mungkin menjadi simbol fisik dari keletihan yang dialami akibat terlalu lama terpapar layar gawai.


Pesan terpenting dari puisi ini adalah panggilan untuk mendapatkan pertolongan. Kata "Tolooong!!!" mencerminkan kebutuhan mendesak untuk bantuan. Saran untuk mencari bantuan dari psikolog atau dokter adalah respons yang tepat, mengingat puisi ini menyoroti potensi bahaya kondisi mental yang tidak diatasi.


Dengan demikian, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kesehatan mental dan dampaknya dalam era modern yang serba terkoneksi. Interpretasinya menekankan urgensi untuk menyadari tanda-tanda kecanduan gadget dan mencari bantuan profesional sebelum masalah berkembang menjadi lebih serius.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan di Sudut Lemari

Gelisah

Pusing (Sebuah Puisi)